Label
- APLIKASI PENDIDIKAN (2)
- IKAMAH JANAPRIA (6)
- PENDIDIKAN (11)
- PERANGKAT PEMBELAJARAN (2)
- RELIGI (1)
INFORMASI SISWA
Jumat, 12 September 2014
DISKUSI ILMIAH KELAS MIA SMANSATRIA
“DEGRADASI PEMUDA MASA KINI, HILANGKAN KEPELOPORAN
PEMUDA TEMPO DOELOE”
“Berikan
aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10
pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” ( Bung Karno, Di Bawah bendera
Revolusi Jilid II )
Janapria
- Di sela-sela kegiatan remedial Fisika yang diselenggarakan siswa-siswi
SMA Negeri 1 Janapria, Jum’at kemarin (28/09/2014). Mereka menyempatkan diri
berbincang dan diskusi tentang
kepemudaan. Diskusi yang dihadiri oleh sekitar 25 orang siswa ini telah
memberi angin segar dan membawa sedikit tekat dan komitmen bersama sebagai
pemuda untuk siap melakukan dan ikut serta dalam setiap perubahan yang mungkin
saja akan terjadi di negeri ini. Bagi mereka diskusi ini adalah hal yang
pertama dan sangat mengesankan, karena selain dapat menambah wawasan siswa
tentang kepemudaan dan kepeloporannya di masa dulu, diskusi ini juga sangat
asyik karena di akhiri dengan GAME seru yang juga sangat bermakna dalam proses
membangun karakter, ketelitian, kecermatan dan kejelian mereka dalam merespon
sesuatu hal atau persoalan.
Bagi mereka pemuda saat ini sangat jauh berbeda dari pemuda tempo dulu. Kutipan potongan dari pidato
Presiden Soekarno di atas telah memperlihatkan kepada kita bahwa para pemuda
saat itu yang memang sakti. Sekarang, cobalah kita ambil 10 pemuda di
sekitar kita, dan suruh mereka mengguncangkan dunia, lantas mereka akan
berpikir, “Dengan apa kami akan mengguncang dunia?”
Diskusi
Ilmiah Kelas MIA SMANSATRIA Tentang “Kepemudaan” |
Seperti yang disampaikan para siswa dalam diskusi tersebut, saat mencoba
mengeksplor dan merefleksikan kembali kondisi pemuda tempo dulu, bahwa, kita
pastinya ingat tepat 28
Oktober 1928 adalah hari ketika para pemuda dari berbagai suku, ras, agama dan
golongan bersatu untuk bersumpah. Pertama.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air
Indonesia. Kedua.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga. Kami putra dan
putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Kemudian setiap tanggal 28 Oktober,
bangsa Indonesia selalu mengenang sejarah tersebut dengan sebutan hari Sumpah
Pemuda.
Dengan mengedepankan satu tujuan yang
sama, yaitu mengusir para penjajah dari negeri ini, para pemuda pun sadar bahwa
mereka harus bersatu melawan penjajah. Sebelum para pemuda
bersatu, perlawanan mereka sudah gencar dilakukan di berbagai wilayah,
namun sayangnya perlawanan mereka terhadap penjajah selalu kandas.
Dan cara untuk mempersatukannya adalah
dengan rasa kebangsaan yang sebelumnya belum disentuh oleh para pemuda kala itu.
Usai Sumpah Pemuda, perlawanan kian gencar di berbagai belahan negeri ini.
Hingga pada akhirnya, Bung Karno dan Bung Hatta mendeklarasikan bangsa
Indonesia pada 17 Agustus 1945 silam, hari kemerdekaan kita. Begitulah
kepeloporan pemuda tempo dulu.
Kalau kita menengok kembali ke pra
kemerdekaan, para pemuda kita sangatlah bersemangat untuk membebaskan diri dari
para penjajah dengan satu tujuan, kemerdekaan. Mereka belajar dengan disertai tekanan, intimidasi dan bahkan mungkin
kekerasan. Kebebasan, kesejahteraan dan keadilan adalah cita-cita yang
membuat para pemuda dahulu mampu untuk meraih kemerdekaan yang hingga saat ini
kita rasakan hasilnya.
Sementara, menurut mereka, sangatlah
jauh perbedaannya dengan para pemuda saat ini yang mengedepankan life style (gaya hidup), performance (penampilan)
dan menjadikan para pemuda kini menganut faham alay yang membuat para pemuda kini lupa akan jati diri sebagai kaum intelektual dan agen
perubahan.
Gaya hidup hedonis menjadi banyak
pilihan bagi para remaja, pemuda dan pelajar. Sebab hedon banyak menawarkan
kesenangan yang pastinya menggiurkan para penerus atau harapan bangsa ini.
Dengan mereka hidup hedon, maka hilang prediket katro, wong deso, kurang
pergaulan (kuper) dan sebagainya. Predikat-predikat ini dianggap oleh sebagian
anak muda sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan jika sampai melekat pada
dirinya.
Mereka yang memiliki faham kaum
hedonisme, tidak memikirkan nasib bangsa kita ke depan (bagaimana dan mau
apa?). Apa yang ada di benak mereka hanyalah kesenangan, kesenangan, dan
kesenangan sesaat saja. Padahal bangsa ini membutuhkan pemuda yang memiliki
semangat juang untuk mengubah negeri ini dari segala problematikanya.
Dan hanya para pemuda yang memiliki
idealisme yang bisa melakukannya. Dengan tidak memikirkan life style atau pun performance. Pemuda tersebut (pemuda idealis) hanya
diskusi, aksi dan refleksi. Itulah salah satu ciri para pemuda dahulu yang
berjuang untuk meraih kemerdekaan, dan pemuda ini sudah jarang ditemui di
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat. Meskipun ada akan tetapi
jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan para pemuda yang hedonis atau
berfaham alay.
Pengaruh bangsa asing yang datang ke
Indonesia ternyata menjadi racun bagi kehidupan para pemuda kita. Semangat
pemuda dahulu kini seakan luntur ditelan bumi dan saat ini hanyalah tinggal
sejarah atau cerita yang selalu kita bangga-banggakan. Perilaku konsumtif yang
saat ini menjadi virus meluluhkan rasa nasionalisme kita terhadap produk dalam
negeri yang dahulu pernah dikampanyekan “cintai produk Indonesia”.
Sungguh sangat ironis memang melihat
kenyataan yang terjadi sekarang. Dahulu para pemuda rela mengorbankan jiwa,
raga bahkan harta untuk sebuah kemerdekaan. Akan tetapi setelah kemerdekaan
diberikan, para pemuda saat ini malah menyia-nyiakan dengan memilih gaya hidup
yang hedonis tanpa memikirkan berbagai problem yang dihadapi bangsa ini.
Semangat para pemuda doeloe harus kita
bangkitkan kembali untuk meneruskan cita-cita mereka yang belum terpenuhi yaitu
keadilan dan kesejahteraan untuk bangsa Indonesia. Dahulu mereka bersatu untuk
mengusir penjajah demi menghapuskan penindasan. Sekarang mari kita bersatu
kembali untuk keadilan dan kesejahteraan yang masih belum rakyat Indonesia
nikmati. Karena setelah penindasan dapat dihapus selanjutnya adalah
kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yang harus terpenuhi,
begitulah di paparkan salah seorang siswa, deangan semangat berapi-apinya, pada
saat diskusi
“ALAY”. Satu kata yang tidak lagi asing di
telinga kita dan sebuah “stempel” bagi para pemuda di era reformasi. Dan kata
yang akan menjadi ideologi di kalangan remaja masa kini.
Nampaknya sudah menjadi suatu gaya
hidup atau bahkan telah menjadi suatu faham bagi para pemuda di jaman reformasi
yang menganggap semuanya serba kebarat-baratan. Bahkan, para pemuda masa kini
tersebut menjadikannya sebagai semboyan utama dalam kehidupan mereka. Berbagai
tingkah laku yang mereka anggap biasa, namun di kalangan para orang jaman
dahulu ( “jadoel”) sebagai hal yang luar biasa, “tidak lumrah”.
Ideologi alay yang mereka yakini
inilah yang mengubah mereka lebih mencintai budaya barat ketimbang budaya
sendiri. Apalagi dengan adanya demam K-Pop yang diimpor dari Negeri Ginseng
itu. Para pemuda Indonesia pun berlomba-lomba meniru gelombang budaya asing
yang masuk ke Tanah Air. Bahkan tidak sedikit yang mengubah penampilan mereka
layaknya tokoh-tokoh yang mereka banggakan; yang sebenarnya adalah orang-orang
yang tak mampu menciptakan perubahan.
Impor budaya dari negeri-negeri
tetangga ini mampu membius kalangan muda untuk melunturkan rasa nasionalisme
dan rasa patrioitisme mereka yang kian hari kian memperihatinkan. Tidak hanya
melupakan budaya sendiri dan lebih menjunjung tinggi budaya orang, para pemuda
masa kini juga banyak yang merasa gengsi untuk melestarikannya. Anehnya, ketika
budaya Nusantara yang telah diabaikan itu ingin dilestarikan negara lain,
pemuda yang “cuek bebek” ini seketika, tanpa rasa malu, berteriak-teriak
menyuarakan aspirasi mereka yang kakanak-kanakan untuk melestarikan budaya
Tanah Air.
Sejenak kita lupakan pemuda yang
berideologi alay dan kembali mengingat para pemuda yang darahnya untuk untuk
mewarnai merahnya sang saka Merah Putih yang rela berkorban demi negara,
menerjang semua peluru dan menghadang semua Tank-tank yang mampu meremukkan
tulang kita. Itulah yang menginspirasi Bung Karno. Beliau berkata, jika
diberikan sepuluh pemuda, maka Beliau akan mengguncangkan Dunia. Tetapi bila
Bung Karno hidup di zaman sekarang, apakah dunia akan terguncang dengan adanya
sepuluh pemuda alay? Tentu Anda semua akan mampu menjawab pertanyaan itu.-
(RRD).
Label:
IKAMAH JANAPRIA,
PENDIDIKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
- DOWNLOAD GRATIS MODUL FISIKA SMK KELAS X, XI DAN XII
- BUKU PELAJARAN FISIKA SMA UNTUK KELAS XI
- APLIKASI PENGOLAHAN NILAI GURU KURIKULUM 2013
- APLIKASI RAPORT KURIKULUM 2013
- DOWNLOAD PRANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA GRATIS
- RENUNGAN TAHUN BARU 2013 MENURUT ISLAM
- PELATIHAN ORGANISASI DAN OUTBOUND OSIS TINGKAT SMA, MA DAN SMK SE-KECAMATAN JANAPRIA
- IKAMAH SUKSES JALANKAN PROGRAM UJI VISI MISI CALON KEPALA DESA DI KECAMATAN JANAPRIA
- PENGUMUMAN HASIL SELEKSI CPNS KLU TAHUN 2013
- IKAMAH JANAPRIA GELAR DISKUSI DAN BUKA BERSAMA
0 komentar:
Posting Komentar